Bapak Bandi, selaku guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 8 Tangerang memberikan tugas menampilkan Drama. kelompok kami terdiri dari 8 orang, yaitu : Saya sendiri, Dhenise, Fitri Fm, Gerhana, Ilham, Kadek, Rizka, dan Ryan. setelah dibentuk kelompok, kami akhirnya mengarang suatu cerita yang berjudul:
"DESA PAKU PAYUNG"
Rosa : pah, mah, liburan akhir semester ini
kita mau jalan-jalan kemana?
Rosa : emang rumahnya dimana?
Mama : di Desa Paku Payung, Ros.
Rosa : yah, kok di desa sih, ma? Aku gak ikut
deh kalo begitu.
Papa : lho? Kenapa? Kamu gak kangen sama kakek?
Rosa : kangen sih, tapi kan itu desa, ma. DESA.
Sama sekali gak ada yang menarik di sana.
Mama : lah? Kamu gak kasihan sama kakek? Semenjak
nenek meninggal, kan kakek tinggal sendirian.
Papa : iya, Ros. Pokoknya kamu harus ikut !
Dengan terpaksa, Rosa
ikut pergi ke rumah kakeknya.
Sesampainya di sana…:
Kakek : ya ampun Rosa, kamu sudah besar ya.
Rosa : iya kek, masa kecil terus.
Papah : apa kabar, yah?
Kakek : Alhamdulillah, baik. Ayo masuk.
Mama : Rosa, ayo masuk.
Rosa : enggak ah, kotor.
Mama : ROSA, kamu ini, ayo masuk cepet ! (menarik
tangan Rosa).
Kakek : ush, udah nak. Kamu istirahat aja sana.
Biar kakek yang temenin Rosa.
Rosa duduk termenung di
teras rumah.
Kakek : kamu tau gak, kenapa desa ini namanya
Desa Paku Payung.
Rosa : enggak.
Kakek : jadi begini, dulu desa ini dikuasai oleh
dua kerajaan yang sama kuat. Kerajaan itu sama-sama dipimpin oleh seorang Ratu.
Yang satu namanya Kerajaan Gundukan Pasir yang dipimpij oleh Ratu Pasir, dan
yang satu lagi namanya Kerajaan Kayu Lapuk yang dipimpin oleh Ratu Tanah Liat.
Ratu Pasir memiliki dua orang putra yang bernama Pangeran Batu dan Pangeran
Bata. Saat itu, kakek menjadi Patih di Kerajaan Gundukan Pasir.
Ratu Pasir : Dayang Semen!
D. Semen : iya Baginda, ada apa?
Ratu Pasir : aku bingung nih Dayang. aku sudah tua,
kayaknya udah gak sanggup lagi buat mimpin kerajaan ini. Menurutmu, apakah Batu
sudah pantas untuk menjadi Raja?
D. Semen : Dari sepenglihatan saya Baginda, sepertinya
Pangeran Batu sudah siap untuk menjadi Raja. Dia bijaksana, baik, adil, dan
pintar. Dan menurut saya Baginda, dia lebih baik dari saudaranya.
Ratu Pasir : Batu,
Bata, kesini nak. Ibunda mau bicara.
Bata : ada apa bun?
Ratu Pasir : ibunda kan sudah tua, ibunda ingin kerajaan
ini Batu saja yang pimpin. Bagaimana menurut kalian?
Batu : iya, ibunda. Kalau itu yang
terbaik menurut ibunda, pasti aku lakukan. Iya kan Bata?
Bata : iya deh. Tapi kapan bagian aku
yang mimpin kerajaan?
Ratu Pasir : anakku, kamu pasti akan menjadi Raja
setelah kakakmu sudah tidak sanggup lagi memimpin kerajaan.
Bata : tetep aja, aku cuma bisa memimpin
kerajaan sebentar doang. Sedangkan Batu, lama. Gak adil, bunda.
Ratu Pasir : ya sudahlah Bata, kamu kan masih bisa
membantu kakak mu.
Batu : iya dek, tenang aja. Gak usah iri.
Kita kan adik kakak. Masa kamu iri sama kakak sendiri.
Bata
hanya diam, tak berkata sepatah katapun. Dan ia segera pergi berburu. Sepanjang
jalan, Bata hanya menggerutu. Ia berjalan melewati sungai kerajaan. Disana, ada
seorang wanita cantik yang sedang duduk di tepi sungai. Bata terpesona akan
kecantikannya.
Bata : maaf, kamu berasal dari mana
ya? Kok saya gak pernah liat kamu.
Paku Payung : saya Dayang dari kerajaan Kayu Lapuk. Kamu
pangeran Bata ya?
Bata : iya betul. Eemmm, bolehkah
aku tau siapa nama mu?
Paku Payung : nama ku Paku Payung, Bata. (mengulurkan
tangan)
Kelihatannya kamu lagi sedih. Kenapa? Boleh
kah aku tau?
Bata : Ibunda menurunkan
kekuasaannya ke kakakku. Sedangkan umurku dan dia hanya beda satu tahun. Itu
gak adil!
Paku Payung : kamu harus sabar. Aku yakin, kamu itu
lebih baik kok dari kakakmu.
Bata
dan Paku Payung menjadi semakin akrab setelah pertemuan itu. Paku Payung juga
sering diajak berkunjung ke kerajaan Gundukan Pasir. Ternyata, Patih Genting
mengetahui hal itu dan mengadukannya ke Ratu Tanah Liat.
P. Genting : Yang Mulia Ratu, Hamba tahu bagaimana cara menghancurkan
kerajaan Gundukan Pasir.
Ratu Tanah Liat : Bagaimana caranya?
P. Genting : Paku Payung sangat akrab dengan
Bata. Kita bisa memanfaat kan situasi ini Baginda. Apakah baginda setuju?
Ratu Tanah Liat : Ide bagus. Panggil Paku Payung sekarang!
Paku Payung : ada apa Yang Mulia?
Ratu Tanah LIat : sudah sedekat apa hubungan mu dengan Bata?
Paku Payung : (terdiam dan menunduk)
Ratu Tanah Liat : Dekati terus Bata. Dan kemudian dekati Ratu
Pasir. Setelah itu, racuni dia. jika kamu berhasil membunuh Ratu Pasir, maka
aku akan mengangkatmu menjadi tangan kananku.
Paku Payung : baik Yang Mulia.
Seiring
berjalannya waktu, Paku Payung makin dekat dengan kerajaan Gundukan Pasir. Baik
dengan Ratu pasir, Bata, bahkan Batu sekalipun. Kebaikan Paku Payung terhadap Ratu
Pasir membuat Batu jatuh hati kepadanya. Sampai suatu hari, Paku Payung sedang
memijiti kaki Ratu pasir sambil berbincang-bincang.
Ratu Pasir : pijatan mu enak sekali Paku Payung.
Paku Payung : kalau diizinkan, aku bisa memijiti
Baginda Ratu stiap hari.
Ratu Pasir : Ide bagus.
Paku Payung : oia Baginda, tunggu sebentar, saya mau
permisi ke belakang dulu.
Ratu Pasir : mau kemana kamu?
Paku Payung : saya mau buatkan segelas jus buah untuk
Baginda.
Ratu Pasir : baik lah.
Paku
Payung membuatkan jus buah untuk Ratu Pasir dan meracuninya. Dayang Semen tanpa
sengaja melihat perbuatan Paku Payung tapi ia tak berani menegurnya.
Paku Payung : silahkan diminum jus nya Baginda. Ini bagus
untuk kesehatan Baginda lho.
Ratu Pasir : terima kasih Paku Payung. Kau memang
anak yang baik.
Paku Payung : (tersenyum) saya pulang dulu ya Baginda.
Ratu Pasir : ya, silahkan.
Beberapa saat kemudian,
Ratu Pasir jatuh pingsan.
Batu : ibunda? (kaget dan
segera menggotong Ratu Pasir)
Dayang Semen, Pathi Beton, cepat kesini
!
Patih & Dayang : ada apa Pangeran?
Batu : Ibunda pingsan, cepat
obati dia.
Patih & Dayang : baik Pangeran.
Batu : (pergi meninggalkan ruangan)
Dayang Semen : Beton, Sebenarnya aku tau kenapa Baginda
Ratu pingsan.
Patih Beton : kenapa kamu gak bilang dari tadi?
Dayang Semen : aku takut, Beton.
Patih Beton : emang Baginda Ratu kenapa?
Dayang Semen : tadi waktu aku lagi mau ke dapur, aku
melihat Paku Payung yang sedang memasukkan obat ke dalam minuman. Dan minuman
itu diberikannya untuk Baginda Ratu.
Patih Beton : wah, jahat sekali wanita itu. Ayo
kita ceritakan semua ini ke Pangeran Batu. (berlari menghampiri Batu)
Batu : ada apa Patih Beton?
Patih Beton : ini Pangeran, Dayang Semen melihat
Paku Payung memasukkan obat ke dalam minuman Baginda Ratu.
Batu : tidak mungkin! Paku
Payung adalah wanita yang baik. Jangan macam-macam kamu.
Patih Beton : maaf Pangeran, saya tidak
bermaksud…
Batu : Pergi kau! Cari Bata,
dan bilang kalau ibunda sakit.
Semenjak
saat itu, Ratu Pasir menjadi rapuh. Ia sering sekali sakit-sakitan. Terutama
sakit jantung. Sampai suatu hari, Batu ingin
pergi berburu. Ketika melewati sungai, Ia melihat Bata dan Paku Payung
yang sedang berduaan disana. Batu sangat marah. Ketika Batu dan Bata bertemu di
Istana…..
Batu : sedekat apa kamu dengan Paku Payung?
Bata : bukan urusanmu.
Batu : (mengeluarkan pedang dan mendekatkan
pedang itu ke leher Bata) jauhi Paku Payung, atau kau akan mati.
Dengan
perasaan marah dan dendam yang telah ia pendam terhadap Batu, akhirnya Bata
mendorong Batu dan menusuk Batu secara tiba-tiba. Batu pun meninggal ditempat.
Ratu Pasir : apa apaan ini?! Apa yang terjadi?
Bata : Batu terbunuh
Ratu Pasir : siapa yang berani membunuh anakku?!
Bata : saya ibunda.
Ratu Pasir : APA?! Apa maksud kamu Bata?!
Bata : saya yang membunuh Batu. Dia
ingin membunuh saya.
Ratu Pasir : DASAR ANAK JAHAT. Tega sekali kau
membunuh kakak kandung mu sendiri. Pergi kamu! Pergi dari hadapanku! Aku benci
punya anak seperti mu! (terkena serangan jantung)
Bata : IBUNDA!! Ibunda kenapa? Bangun
ibunda! jangan tinggalkan aku! Maaf kan aku ibunda, aku khilaf.
Patih
Beton dan Dayang Semen tidak bisa berbuat apa-apa. Ratu Pasir meninggal saat
itu juga Bata amat sangat sedih karena merasa sangat bersalah dan sangat
kehilangan keluarganya. Di tengah kesedihannya, ia membutuhkan Paku Payung
untuk menghiburnya.
Bata : Dayang
Semen, dimana Paku Payung?
D. Semen : maaf Pangeran, saya tidak tahu. Semenjak
Baginda Ratu dan Pangeran Patu meninggal, Paku Payung menghilang.
Bata : Saya butuh dia untuk menghibur
hati saya. Saya rindu dia. Menurutmu, apa yang harus saya lakukan Patih Beton?
Patih Beton : maaf Pangeran, menurut saya pangeran harus
melupakan Paku Payung. Paku Payung bukan wanita yang baik. Dia telah meracuni
Baginda Ratu hingga jatuh sakit.
Bata : apa maksud mu?
Patih Beton : Paku Payung ingin membunuh Baginda Ratu.
Bata : Jangan mengada-ada Beton!
D. Semen : maaf Pangeran, saya melihatnya sendiri.
Paku Payung memasukkan obat ke dalam jus, dan jus itu diberikan untuk Baginda
Ratu.
Bata : BOHONG!! Kalian pasti
bersekongkol. Kalian iri kan dengan Paku Payung? Lebih baik kalian pergi dari
kerajaan ini, dan jangan pernah kembali lagi. Saya tidak butuh bantuan kalian.
D. Semen : Pangeran, pangeran harus hati-hati.
Cepat atau lambat, kerajaan Kayu Lapuk pasti akan melakukan penyerangan.
Bata : PERGI KAU!
Dikerajaan
Kayu Lapuk….
Paku Payung : Yang Mulia Ratu, hamba mengahadap
hamba ingin melapor, bahwa Bata telah berhasil membunuh Batu, karena kaget
mendengar berita itu ratu Pasirpun ikut tewas.
Ratu Tanah liat : bagus,, kerjamu sangat bagus Paku Payung.
Dengan begitu, kita akan lebih mudah menghancurkan kerajaan Gundukan Pasir. Dan
wilayah ini akan menjadi kekuasaanku seutuhnya. HAHAHAHA, dan kamu, kamu akan
aku angkat menjadi tangan kanan ku.
Patih Genting : lalu bagaimana dengan kedudukan ku?
Ratu Tanah Liat : kau akan tetap menjadi Patihku.
Patih Genting : tidakkah aku yang menjadi tangan
kananmu? Karna semua ini adalah ide hamba, Yang Mulia.
Ratu Tanah Liat : ini sudah menjadi keputusanku, Genting.
Paku Payung : terima kasih Yang Mulia.
Ratu Tanah Liat : oia, jangan sekali-kalinya kau temui Bata
lagi.
Paku Payung : lho? Memangnya kenapa Yang Mulia?
Ratu Tanah LIat : kita akan menyerang kerajaan itu dalam
waktu dekat ini.
Tak
lama kemudian, datanglah Paku Payung bersama Ratu Tanah Liat dan pasukannya ke
kerajaan Gundukan Pasir. Mereka menyerang kerajaan Gundukan Pasir tan[pa
sepengetahuan Bata.
Ratu Tanah Liat : ku bunuh kau Bata!( Menusukkan pedang ke
perut Bata).
Bata : (menangkis tangan Ratu
Tanah Liat dan menusukkan pedangnya ke perut Tanah Liat) kau yang akan mati
Tanah Liat!
Ratu Tanah Liat : Rasakan pembalasanku, Bata! (meninggal)
Bata : Hahahahaha.., simpan saja
keinginanmu itu Tanah Liat! Sekarang, aku lah PENGUASA!
P. Genting : BAGINDA….! Rasakan pembalasan
Bagindaku! (mendorong Bata)
Bata : (berusaha membunuh P.
Genting)
P. Genting : Paku Payung, tolong aku!
Paku Payung : (memukul Bata dengan batu hingga ia
meninggal)
P. Genting : hahaha, kita menang Paku Payung!
Paku Payung : iya Patih, tapi ini semua berkat aku.
P. Genting : dan aku yang akan menjadi
penguasa! (mengambil pedang dan membunuh Paku Payung).
Paku Payung : (meninggal).
Tiba-tiba, datang Patih
Beton. Ia marah melihat kematian Bata.
Patih Beton : Kurang ajar kau! Berani-berani nya
kau hancurkan kerajaan ini! (berkelahi)
Tiba-tiba,
dayang Semen datang ketika Pati Beton dalam keadaan terdesak. Dayang Semen pun
memukul Patih Genting hingga tewas.
Kakek : Patih Genting dan Paku
Payung juga meninggal. Yang hidup hanyalah Patih Beton dan Dayang Semen. Mereka
pun akhirnya menikah. Karena Paku Payung sangat terkenal kecantikannya di
masyarakat, maka wilayah ini di kenal sebagai Desa Paku Payung.
Rosa : Dayang Semen itu nenek
ya, kek?
Kakek : betul sekali.
Rosa : wah, Kakek dan Nenek
keren banget bisa ngelawan Patih Genting dan Paku Payung. Aku bangga jadi cucuk
kakek dan nenek.
Kakek : kakek juga bangga punya
cucuk seperti kamu. Sekarang kita ngobrol di dalem aja yuk.
Rosa
pun sudah mau masuk ke rumah kakeknya, bahkan ia meminta orang tuanya untuk
tinggal di sana lebih lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Insert Your Comment Pleassee